Friday, May 30, 2014

Sedang butuh saran, pliiisss >:(



Entah kenap, kali ini mood menulisku sedang baik rupanya. Jadi aku ingin berbagi banyak kisah dengan kalian. Aku ingin menceritakan kembali tentang lelaki bervespa itu. Sebulan sudah hubungan kami berjalan. Seperti halnya apa yang aku tuliskan sebelumnya. Entah kenapa beberapa hari ini, ia cenderung seperti berubah. Dan ogah-ogahan untuk sekedar membalas chat dariku. Biasanya ia sangat bersemangat jika aku memintanya untuk datang kekosku. Tapi beberapa hari ini, ia lebih seperti hendak menghindar dariku. Apa salahku? Apa aku telah melakukan kesalahan kepadanya? Yang tanpa kusadari telah melukai perasaannya? Atau mungkin ia sedang menghadapi suatu masalah yang tidak aku ketahui? Ingin rasanya aku bertanya. Tapi, entah kenapa mulutku tak kuasa untuk menanyakan itu semua. Aku takut ia marah. Aku takut ia akan balik membenciku.

Aahh, sudah ku bilang bukan? “Semakin kita mencintai, semakin besar peluang kita terluka”. Terluka karena perlakuan kita sendiri. Khususnya aku. Aku yang biasanya dengan gampang cari dalam suasana, entah mengapa saat dihadapannya menjadi orang yang sangat kaku dan cenderung kikuk. Atau memang aku sendiri yang berubah? Begitu banyak pertanyaan dikepalaku ini. Kawan, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertanya langsung padanya? Aku tak bernyali untuk bertanya seperti itu.

Aku tahu, aku hanyalah seorang gadis biasa. Sangat biasa, yang hanya mempunyai perasaan yang tulus padanya. Tidak lebih. Aku harus bagaimana? Semalaman aku membaca beberapa artikel pada sebuah situs yang cenderung lebih banyak membahas permasalahan wanita. Dan salah satunya ada artikel yang membahas tentang beberapa hal yang menjadi kegalauan wanita pada usia 20-an. Dan kau tau salah satunya apa? Cinta. Ketika membaca artikel itu, aku mengakui memang benar adanya. Didalam artikel itu dibahas, dimana wanita saat usia 20 mulai memikirkan tentang keseriusan dalam hubungannya. Ia cenderung mencari lelaki yang siap berkomitmen dengannya kedepan. Memang benar, bagiku diusia yang sudah hampir menginjak kepala dua ini cinta bukan lagi perihal hanya untuk bersama tanpa ada keinginan membina hubungan yang lebih kedepannya. Diusia yang hampir menginjak kepala dua ini, aku bahkan berpikiran untuk apa mempunyai kekasih jika hanya untuk berpacaran tanpa ada tujuan kedepannya. Apa karena itu, lantas aku menjadi terlalu serius akan hubungan ini dan membuatnya bosan padaku? Ah, aku kehilangan keceriaanku sejak semester dua ini. Ingin rasanya kembali kemasa SMP dan SMA, dimana aku masih sibuk dengan keceriaanku dan tak perlu repot terlalu banyak pikiran mengenai dunia yang gila ini.

Entah berapa lama aku cenderung berubah menjadi gadis yang pendiam dan gadis rumahan. Aku cenderung lebih suka menyendiri dan jika teman-temanku mengajak entah kemana aku lebih memilih dikos. Aku merasa benar-benar kehilangan sisi humorisku. Kehilangan sisi ceria dan bahagia dihidupku. Aku ingin sedikit bertanya pada kalian, siapa saja mungkin wanita-wanita yang sudah berusia diatasku. Apakah kalian pernah mengalami hal yang sama denganku? Lantas, bagaimana kalian menyikapinya? Bagaimana kalian melewati fase-fase tak menyenangkan seperti ini dalam hidup kalian? Tolong, siapa saja yang membaca ini berikan sedikit komentar kalian. Aku bingung harus berbagi kepada siapa lagi. Aku tidak terlalu dekat dengan siapapun dikeluargaku untuk menceritakan keluh kesahku ini. Suatu waktu, aku pernah sedikit membahas tentang masalah yang bisa dibilang sudah waktunya memang untuk aku hadapi dan aku bahas dengan salah seorang sepupuku. Lantas jawaban yang aku terima adalah, “Udah, kamu itu masih kecil jangan ikut campur masalah orang dewasa.” Padahal umurku tidak terpaut jauh dengannya. Hanya sekitar 5-6 tahun. Apa iya aku memang belum pantas didaulat menjadi wanita sebenarnya? Jika iya, pasti hal ini juga yang mempengaruhi pola pikir lelaki bervespa itu. Ia pasti mengira aku tidak mempunyai asa yang harus digapai kedepannya. Jujur saja, kata-kata sepupuku itu membuatku sedikit berpikir dan merasa aku memang masih kekanak-kanakan. Lantas sekarang aku mencoba untuk mengubah itu semua. Agar mereka tahu dan menganggapku sudah dewasa dan pantas untuk mereka dengar pendapatnya.  Hal ini yang mungkin juga berefek pada sikapku yang agak dingin.

Aku harus bagaimana kawan? Jika kalian diposisiku apa yang harus kulakukan dengan semua perubahan ini?

CURHATAN GALAU KASMARAN :D



Hai sahabat kizaisback. Aku ingin sedikit mencurahkan perasaanku disini. Aku mempunyai seorang kekasih hati, yang tentunya seorang lelaki yang memang sudah sangat kudambakan sejak awal perkenalan kami beberapa bulan lalu. Kami teman sekelas dibeberapa mata kuliah. Awalnya, aku mengidolakannya karena motor vespa yang ia gunakan. Ia terlihat sangat keren dengan motor vespanya kala itu. Namun, entah mengapa pada pertemuan kedua kami. Rasa nyaman yang begitu dalam hinggap begitu saja dihatiku tanpa bisa aku kontrol. Namun, sayangnya saat itu aku masih mempunyai pacar lain. Dan, saat aku dan pacarku yang terdahulu putus. Harapanku akan sosok lelaki bermotor vespa ini semakin besar.

Setiap kali kulihat dirinya berada dikampus, entah kenapa jantungku terasa berdetak tak karuan. Mukaku memanas. Aku bahkan tak berani untuk mendekat. Aku takut kala itu ia akan membaca tingkahku, sedangkan dari dirinya tak ada tanda-tanda merespon balik perasaanku. Yah, aku mungkin tidak memberikannya sinyal sedikitpun kala itu. Namun, dari tingkahku tentu saja orang-orang dapat melihat betapa sukanya aku terhadap lelaki ini.

Dikos, kebetulan ada lima orang yang kuliah diuniversitas serta fakultas dan kelas yang sama termasuk aku. Entah sudah berapa ratus kali ku sebut nama lelaki bervespa itu kepada teman-teman satu kosku. Setiap waktu, aku selalu menceritakan bagaimana hebatnya sosok itu dimataku. Bahkan ketika ada bbm darinya yang kala itu hanya menanyakan perihal tugas. Entah mengapa, aku sangat bahagia dan langsung menceritakan hal itu kepada teman-temanku dengan nada yang begitu bahagianya. Mungkin, bagi temanku itu sangat menjengkelkan. Namun bagiku hal itu hanya sekedar luapan untuk mengurangi sedikit rasa bahagia yang membuncah didadaku.

Berhari-hari setelah putus dari pacarku yang terdahulu beberapa lelaki sempat mendekatiku. Namun, perasaanku tak mengizinkan aku untuk menerima begitu saja para lelaki itu. Jujur saja, kala itu aku berharap lelaki bervespa itu yang akan mendekatiku. Namun, entah kenapa ia sepertinya tak sama sekali terusik. Hingga suatu saat, aku mendengar selentingan kabar bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Kau tau? Saat itu aku hanya bisa tersenyum seharian. Namun, satu hal yang mengganjal dipikiranku kala itu. Ia bahkan sama sekali tak pernah menghubungiku. Hingga akhirnya aku beranikan diri untuk menarik perhatiannya kala itu dengan sekedar mengirim chat melalui bbm. Dan dia membalasnya panjang lebar bahkan lebih dari harapanku. Entah bagaimana kuucapkan rasa syukur itu terhadao Allah yang telah mengabulkan doaku. Ia bahkan berjanji padaku untuk memberikan perhatian lebih. Teman-temanku yang selalu setia mendengarkan ceritaku ikut tertawa bahagia, bahkan saat aku meluapkan perasaanku dengan memeluk mereka erat-erat.

Hingga akhirnya pertama kalinya ia mengajakku makan bersama. Nasi goreng yang tentunya sangat terasa spesial karena bersama dia (ciiee.. hahahaha). Dua kali kami jalan berdua. Kau tau? Itu terasa lebih dari spesial. Ingin rasanya kala itu aku menghentikan waktu agar dapat terus bersamanya. Namun sayangnya kala itu detik demi detik terasa berlalu sangat cepat. Saat pulang, duduk dibelakang diboncengnya terasa tubuhku melayang. Tak tau hendak berkata apa.
Ingin rasanya ku peluk dan ku bisikkan kepadanya kata “AKU MENYAYANGIMU”. Namun, aku hanya bisa diam kala itu. Memandanginya dari balik helm yang kukenakan. Mungkin, ia tak sadar namun sepanjang perjalanan menuju ketempat yang kami tuju dan perjalanan pulang aku selalu tersenyum bahagia.

Hingga saatnya tiba ia mengatakan apa yang sudah kutunggu-tunggu, ia mengatakan bahwa ia ternyata memiliki perasaan yang sama padaku (Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaanku kala itu, hanya saja aku sok kalem didepannya. Padahal ingin sekali ku teriakkan pada dunia bahwa aku bahagia.). Ia mengatakan bahwa ingin menjadikanku kekasihnya. Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha sekuat tenaga mengontrol diri, namun senyum yang mengembang dan tawa bahagia muncul perlahan-lahan dar bibirku. Apa ini?? Aku malu. Entah seperti apa wajahku kala itu. Aku bahkan tak dapat mengontrol diri untuk menjawab pertanyaannya itu. Hingga akhirnya, keluarlah kata-kata itu dari bibirku, “Iya deh, aku mau.” Sedikit senyum simpul menghiasi wajahku. “Iya, ya iya aja. Gak usah pake deh.” Ujarnya kala itu sedikit mengurai rasa tegang diantara kami. “Ih, yaudah, Iya aku mau.” Aku kembali mengulang jawabanku. Selepas aku menjawab pertanyaannya ia langsung pamit pulang.

WOW!! Kau tau? aku malah tak bisa tidur malam itu. Memikirkan lelaki yang selama ini aku idam-idamkan. Lelaki yang selama ini aku idolakan menjadi sosok yang akan mendampingi hari-hariku. Terimakasih Allah, kau sudah menjawab doaku (ini nulisnya sambil senyum-senyum gak jelas. Hahahaha).

Seketika perasaan teramat bahagia melingkupi hatiku. Hingga kini, sudah sebulan lebih hubungan kami. Baru seumur jagung memang, tapi harapanku akan hubungan ini entah mengapa sangatlah besar. Tak pernah sebelumnya aku berani untuk mengenalkan lelaki yang tengah dekat denganku kepada keluarga. Hingga beberapa hari yang lalu, keluargaku datang kesini, ke Jogja. Aku mengajaknya untuk menemui mereka. Ingin ku tunjukkan pada mereka bahwa ialah sosok lelaki yang selalu menjadi pahlawan dimataku. Namun, mungkin saat itu bukan waktu yang tepat hingga akhirnya aku batal memperkenalkannya kepada keluargaku. Tak apalah, mungkin lainkali aku dapat langsung mengenalkannya kepada kedua orangtuaku.

Lelaki ini, lelaki spesial yang kurasakan hadir dihidupku. Jujur aku agak takut memperkenalkannya kepada keluargaku, entah karena sebelum-sebelumnya aku belum pernah mengenalkan lelaki siapapun yang dekat denganku atau bagaimana. Namun, kali ini aku bertekad kuat akan kukenalkan ia kepada keluargaku. Ingin ku katakan kepada mereka, “Mak, Mik, Mbok, Oaq, Kak, Bibi, bapak, ini dia lelaki yang selama ini ika idam-idamkan.”.

Dalam setiap helaian doaku seringkali aku berdoa kepada Allah agar kami dapat dipersatukan. Terlalu dini memang berdoa seperti itu. Namun, kau tau perasaanku kian hari semakin bertambah dan tak bisa berhenti untuk bertambah. Aku sendiri tak mengerti mengapa itu semua bisa terjadi. Aku sangat menikmati setiap perlakuannya padaku. Kebiasaannya mengelus kepala dan pipiku dengan lembut membuatku merasa nyaman. Ingin rasanya aku bersandar pada bahunya dan mengatakan padanya betapa besar perasaanku padanya, walaupun hal itu tidak akan sedikitpun mewakili apa yang ada dihatiku. Satu doaku kepada-Nya untuk kami dan hubungan ini,”Semoga ia jodohku. Semoga ia lelaki yang akan menjadi imam dunia akherat bagiku kelak. Rico Febrian" :)

Thursday, May 29, 2014

Sedikit Cerita


               Sedikit ingin bercerita kepada kawan-kawan pengunjung blog ini. Copast atau Copy Paste seringkali terjadi didunia penulisan terlebih didunia maya seperti ini. Ada yang terkadang membuatku merasa bangga karena tulisanku dicopast orang. Yah, itu berarti standar menulisku sudah sedikit diakui walau hanya secuil. Tetapi terkadang ada juga rasa jengkel dan marah saat ternyata tulisan yang sudah dengan susah payah ditulis tiba-tiba dicopast tanpa sumber dan diakui sebagai karya copaser. Saat-saat seperti ini, biasanya yang bisa dilakukan oleh penulis hanya bisa mengumpat, marah dan paling parah berdoa agar copaser diberikan ganjaran yang setimpal.

              Bagi beberapa dari orang, tentu akan banyak yang bilang, “Hah? Sampai segitunya? Itu kan Cuma perihal copast, didunia maya itu wajar. Siapa suruh Cuma posting karya didunia maya? Yaudah gak usah nulis kalau gak mau dicopas.”. WOW!! Sedikit hal yang perlu ku ceritakan. Aku, menulis didunia maya karena merasa belum mempunyai kemampuan yang mumpuni dibidang penulisan sehingga berusaha untuk menulis suatu karya. Kemudian, mempunyai sedikit ide untuk disebar didunia maya, untuk meminta kritik dan saran yang tentunya membangun dari oranglain. Karena, aku cenderung malu untuk memperlihatkan hasil karyaku terhadap oranglain dikehidupan nyataku. Bahkan suatu saat aku merengek-rengek kepada seorang teman agar ia membaca tulisanku. Ia menanggapinya dengan,” Maaf, aku gak suka baca sih.” Sedih rasanya. Tapi, apa mau dikata? Aku tidak bisa memaksa, kan? Awalnya aku sedikit patah semangat untuk menulis. Namun, hasrat untuk menulis semakin besar dan kemudian aku mencari jalur alternatif dengan menulis diblog pribadiku ini dan web reunion.

               Sedikit cerita dipagi ini. Saat membuka facebook dan kemudian iseng-iseng aku membuka kronologi dari beberapa keluarga. Betapa terkejutnya aku, melihat tulisanku mengenai sejarah kampung halamanku dicopast oleh seseorang. Ia kemudian menandai beberapa orang dan salah satunya keluargaku. Ia memang tidak mengubah sedikitpun tulisanku. Hanya saja, tulisan itu tidak menyertakan sumber. Sedikit ada rasa kecewa karena sumber tidak disertakan disana. Tetapi tidak kutepis pula lebih banyak rasa bangga karena tulisanku rupanya sedikit diakui. Walau hanya sedikit, tak apalah. Asal ‘dia’ tidak mengakui itu adalah hasil karyanya.

              Kalian tau? Ketika melihat tulisanku dicopast tanpa ada sumber bahkan dengan nama penulis yang diganti. Sakit sekali rasanya dihati. Entah kenapa, buah pikiran yang dikumpulkan kemudian dibentuk dalam tulisan dicopast seperti itu rasanya sangat menyedihkan.

              Pernah suatu waktu, tulisan salah seorang temanku direunion dicopast oleh sebuah fp di facebook. Saat kami tegur kala itu balasannya sungguh membuatku naik pitam. Ia membalas komentar kami dengan satu kata, “Bit*h”. Tak urung, setelah itu aku memutar otak bagaimana caranya agar fp orang itu hilang dari peradaban dan ia tak bisa muncul lagi difacebook. Setidaknya untuk meng-copast tulisan orang. Beruntung baginya saat itu kami tak berhadapan langsung.  Bisa kau bayangkan bagaimana emosinya aku saat itu menghadapi orang yang bisa dibilang tak tau diri dengan mengatai penulis asli dari tulisan yang ia copast dengan kata-kata seperti diatas.

             Menjengkelkan. Hanya kata itu yang bisa aku katakana kepada para copaser tak bertangungjawab. Yah, memang ini adalah dunia maya. Dan konsekuensi dari apa yang sudah kita sebar didunia maya adalah siap-siaplah untuk melihat apa yang anda sudah posting disana untuk dicopast.

Ungkapan Rasa



Entahlah..
Rasa ini terlalu dahsyat hadir diantara dua insan ciptaan Tuhan,
Apa ini?
Mengapa begitu menyiksa batin?
Merindu diantara berjuta-juta manusia..
Kenapa ini?
Kenapa harus dia yang selalu hadir disetiap degup jantung?
Entah, rasanya ini tak biasa..
Seketika menatap cakrawala yang tinggi
Ku kepakkan sayapku..
Entah mengapa ada sesuatu yang menarik sayap ini untuk terus datang dan mendekat..
Dan itu ternyata kamu..
Sosok lelaki dengan wajah menenangkan dan yang selalu mampu membuatku nyaman..
Apa ini?
Aku tak bisa lagi jauh darimu, terasa ingin hidup disetiap helaan nafasmu,
Disetiap sentuhan lembut tanganmu pula ku rasakan nyaman dan indahnya dunia..
Terimakasih sayang, kau telah hadir disisiku..

Tuesday, May 13, 2014

WAR IS BEGIN : Burjo vs Anak Kos

Mungkin ketika melihat judul diatas  kalian akan tertawa atau mungkin ada yang akan kontra dengan judul diatas. Yah, jangan berlebihan kawan. Ini hanya sekedar curhatanku mengenai burjo didepan kosku yang sungguh amat menyebalkan bagi kami para penghuni kos Hijau.
Oh iya, kini aku telah berpindah kos dari yang semula kekampus bisa ditempuh dengan waktu kurang dari 5 menit. Sekarang bisa ditempuh dengan waktu paling cepat 15 menit jika jalan kaki. Melelahkan memang. Tetapi, dua makhluk astral, sebut saja Desa dan Yoka (nama sebenarnya) sahabat karibku di Yogya berhasil membujukku untuk ikut pindah dengan mereka. Mereka meng-iming-imingiku dengan burjo yang selalu buka 24jam, serta kos-kosan yang nyaman, luas dan bersih tentunya. Berbeda halnya dengan kosku yang dulu. Tidak perlu kujelaskan lagi kosku yang dulu penuh dengan penderitaan lahir dan batin (bahasenyee aje gile :D ).
Kira-kira sudah tiga bulan lamanya aku berada dikos ini. Disini, kamar kos sebanyak 12 pintu. Banyakkan ? Iyalah. Ibu kosku, selain mempunyai kos disini. Beliau dan suaminya juga mempunyai kos-kosan didaerah UIN Yogya. Yang untungnya, mereka tinggal disana sekeluarga. Jadi, kami disini akan bisa bebas berhura-hura sampai pagi menjelang (hahahaha). Yah, kosku memang mempunyai aturan jam malam hingga jam 22.00 WIB. Tapi tentu saja, yang namanya anak kos coy. Hal itu sangat mustahil untuk kami lakukan karena bagi kami, kehidupan kota Gudeg ini justru baru akan dimulai pada saat jam itu.
Dikos ini terkumpul berbagai karakter orang. Yah, bagi kalian yang pernah merasakan sebagai anak kos terutama para wanita tentu akan setuju dengan kata-kataku ini. Bayangkan saja, kamar kos sebanyak 12 pintu dan yang terisi 11 pintu. Tentu saja jika pagi kos ini akan sangat ramai. Terlebih dengan kehadiranku, Desa serta Yoka yang memang selalu heboh. Tak peduli itu pagi, siang, sore maupun malam. Tak peduli hujan dan petir bahkan mati lampu sekalipun. Kami memang selalu heboh, namun tentu saja hal ini yang akan kami rindukan kelak jika kami telah tua.
Okey, kembali ke judul tulisanku kali ini. Aku ingin menceritakan kisah peperangan kami antara penghuni kos dengan pedagang warung burjo didepan kos kami. Yah, kos kami memang berbentuk kotak. Dimana sebelah Barat terdapat 7 kamar kos yang salah satunya kosong, kemudian disebelah selatan terdapat warung burjo yang menyatu dengan kos kami. disebelah barat terdapat kantor yang entah sampai sekarang aku tidak mengerti itu kantor apa (menyedihkan memang). kemudian dibelakang kantor ada deretan kamarku yang semuanya berisi. Bangunan-bangunan itu semua mengelilingi halaman tengah yang semestinya bisa kami gunakan sebagai tempat untuk bermain volly atau olahraga lainnya. Namun, tentu saja kami selalu keduluan oleh kantor yang suka seenaknya memarkir motor dihalaman itu.
Selama beberapa bulan disini. Aku dan kedua sahabatku tercinta berhasil mengenalkan kepada dunia betapa hebatnya kami karena bisa dengan segera beradaptasi dengan orang-orang dikos ini. Sudah banyak hal yang kami lewatkan dikos ini. Suka duka memang sudah kami lewati sejak setengah tahun lalu perkenalan kami bertiga.
Kini, kami para penghuni kos hijau ini sedang sepakat untuk melakukan mogok makan diwarung burjo depan. Kalian tentu bertanya-tanya, apa salah pedagang burjo didepan kami ? Mereka kan hanya mencari nafkah, sama halnya dengan kami yang mencari ilmu disini. Namun, kalian tentu akan berubah pikiran begitu mengetahui betapa menyebalkannya dia. Pedagang burjo didepan kos berdagang membawa serta istri dan anaknya yang masih berumur 5 tahun. Aku yang aslinya memang sangat menyukai anak kecilpun kemudian akrab dengannya. Tetapi lama kelamaan. Entah mengapa sosok Aa' burjo ini membuat kami para penghuni kos merasa terintimidasi. Sedikit cerita awal yang mulai memercikkan api peperangan. Silahkan kawan-kawan sekalian simak :)
                                                                                         oOo
Hari sabtu itu, tepatnya tanggal 19-April-2014. Aku, Selma, Yoka dan Desa sepakat untuk berjalan-jalan ke Tugu pada malam harinya untuk menikmati malam minggu dikota Jogja yang indah ini. Tetapi sebelumnya memang aku dan Selma teman sekos dan sekampus memutuskan untuk keperpusda terlebih dahulu karena sebentar lagi kami akan presentasi untuk salah satu mata kuliah saat itu. Sorenya, Desa dan Yoka yang sudah berencana untuk Joging keliling komplek kos membujukku untuk ikut dengan mereka.
"Kiza, lari keliling komplek yuk? Lumayan buat bakar lemak!" Seru Yoka penuh dengan semangat sembari melakukan pemanasan didepan kamarku.
"Ogah ah, aku mau kepusda sama Selma. Udah, kalian joging dulu aja sana. Ntar kalau kalian jadi ke Tugu bbm aku ya? Biar kita ketemu disana aja." balasku.
Desa yang baru saja keluar dari kamarnya, sembari memasang sepatu menggodaku. "Yuk Rizka, ikut aja. Ntar kalau capek digendong Yoka." Kami bertiga tertawa. Sesaat kemudian Yoka dan Desa pergi meninggalkan kos kami untuk berlari keliling komplek.
Aku yang sebenarnya baru saja bangun tidur sore itu segera beranjak meninggalkan kamar dan mengetuk pintu kamar Selma.
"Sel, selmaa.. ayo kita kepusda. Udah sore nih." Terdengar jawaban lemah dari seorang Selma yang baru saja bangun tidur dari dalam kamarnya, "Iya Lale. Tunggu bentar,"
Pintu kamar Selmapun terbuka. Selma yang masih sempoyongan mengikutiku kekamarku. Tetapi, bisa ditebak apa yang kami lakukan. Yah, kami, dua makhluk yang baru saja terbangun ini malah asyik duduk dikursi depan kamarku. Kami mengobrol sejenak, kemudian memutuskan untuk berangkat keperpustakaan setelah magrib saja.
Waktupun berlalu, Adzan magrib telah tiba. Desa dan Yoka tak kunjung kembali. Muncul rasa khawatir dihatiku. Namun, aku berusaha menepis perasaan khawatir itu. Akupun bergegas mengambil wudhu dan solat Magrib. Usai solat magrib. Tiba-tiba terdengar suara pintu mobil yang ditutup dari depan gerbang. Suara langkah seseorang yang tengah berlari semakin kentara.
"Rizkaaa... Rizka... Desa pingsan. Desa di JIH." Teriak Yoka dari luar kamar yang membuatku kaget setengah mati.
"Apa?? Astagfirullah!!" Teriakku. Semua penghuni kos yang rupanya mendengar teriakanku segera berhamburan keluar dari kamar.
"Rizka, ambilin baju Desa. Sekarang kita ke JIH." Yoka berteriak. Tak ayal aku pun segera mengambil tas ranselku dan membuka pintu kamar Desa yang untungnya tidak terkunci. Ku buka lemarinya dan sembarang saja memasukkan baju kedalam ranselku. Aku benar-benar panik. Para penghuni kos yang lain berusaha menenangkan aku dan Yoka. Selma yang mendengar berita itu juga turut bersiap-siap untuk ikut ke JIH. beberapa menit bersiap kamipun akhirnya berangkat menuju JIH. Oh iya, JIH adalah Jogja International Hospital. Rumah sakit termahal dikota ini.
Sesampainya dirumah sakit. Aku akhirnya merasa sedikit lega melihat senyum Desa yang menandakan ia sudah lumayan sehat. Walaupun ketika kutanyai ia masih menjawab dengan nada lemah dan tentu saja sudah mampu membuat kami tertawa terpingkal-pingkal dengan leluconnya yang pasti suatu saat akan sangat aku rindukan. Tiba-tiba disaat tengah tertawa seorang perawat datang dan segera menyodorkan sebuah surat registrasi kepada kami bertiga.
"Maaf ya mbak, ini mohon untuk segera dilunasi." Ujar perawat itu. Aku, yoka dan Selma disaat itu sedang mengalami krisis anak kos. Yah, kami bertiga sama-sama tidak mempunyai uang yang cukup dan sejumlah dengan biaya yang diminta rumah sakit ini. Kami akhirnya berpikir keras mengenai bagaimana caranya untuk melunasi biaya perawatan Desa yang ditotal mencapai setengah juta. Untungnya, orangtua Desa yang mengetahui Desa sakit rupanya sudah mengirimkan uang yang cukup untuk membayar biaya perawatan rumah sakit. Kami akhirnya berseru lega.
Pukul 21.15, kamipun pulang setelah disusul teman-teman lain yang mendengar kabar sakitnya Desa. Dan beruntungnya kami Desa tidak perlu rawat inap saat itu. Kamipun bergegas pulang. Perjalanan dari JIH menuju kos tidak memakan waktu lama. Kira-kira 10 menit. Kami akhirnya sampai dikos. Tetapi, apa yang terjadi membuat kami agak kesal. Yah, gerbang kos yang semestinya tidak digembok malah digembok. Tentu saja tersangka utama adalah Aa' Burjo. Dan Alhamdulillahnya, gembok itu masih bisa kami buka secara paksa. Jujur, saat itu aku sangat kesal. Kami sedang mengalami musibah dan tiba-tiba dengan santainya gerbang digembok. Jika memang mau mematuhi jam malam kos, kenapa tidak jam 22.00 saja ? saat itu, seingatku waktu masih menununjukkan pukul 9 malam lewat. Entah, apa maksud dari Aa' burjo ini. Aku hanya bisa memendam perasaan kesalku didalam hati.
                                                                                 oOo
Cukup sekian saja kali ini ceritaku. Mengenai awal peperangan anak kos dengan burjo. thanks ^_^