Monday, September 22, 2014

Cerita lagi gpp kali yee :D



Yah, kawan. Aku kembali lagi, kali ini aku akan menceritakan tentang seseorang dari masa laluku. Sebut saja namanya, Azmi. Sosok Azmi yang berperawakan tidak begitu tinggi dan berkulit putih. Yah, badannya pas-pas saja, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
Aku mengenalnya ketika aku masih duduk dibangku SMA kelas 1 dan ia sendiri masih duduk dibangku kelas 3 SMK. Kami berkenalan dengannya ketika acara PENSI disekolahku. Yah, pensi waktu itu memang diperuntukkan untuk umum jadi anak sekolah lain dapat dengan mudahnya keluar masuk. Saat itu aku yang ikut membantu panitia untuk menjual keliling beberapa makanan dan minuman berkeliling mencari orang disetiap sudut sekolah untuk ditawari makanan dan minuman yang aku jual dan hasilnya lumayan banyak yang membeli daganganku walaupun pembelinya kebanyakan lelaki dan sedikit memaksa untuk meminta nomor handphoneku (dulu aku banyak penggemarnya juga loh. Hahaha). Yah, kau tau kan. Aku tak mungkin memberikan nomorku pada mereka. Setelah barang-barangku dibeli tentu saja aku memberikan berbagai macam alibi untuk menghindar dari orang-orang itu. Walaupun setelahnya entah dari mana tetap saja ada beberapa dari mereka yang mendapatkan nomorku.
Pada hari terakhir acara pensi sekolah, disiang hari yang terik. Aku dengan muka kucel dan dekil yang tentu saja penuh dengan peluh dikarenakan berkeliling seharian menjajakan makanan dan minuman yang aku jual kembali berkeliling. Disuatu ruangan aku menemukan seorang temanku pacarnya yang ternyata anak sekolah lain tengah mengobrol bersama dengan teman-teman pacarnya. Akupun memulai aksiku dan akhirnya daganganku dibeli habis olehnya (maksa dikit nih. Hahaha). Saat hendak pergi tiba-tiba pacar temanku itu memanggilku.
“Mbak Rizka. Boleh minta nomor hapenya?” Ujarnya.
“Hayo loh, masnya ini minta-minta nomor hapeku. Didepan pacarmu lagi. Lagian, tau namaku dari mana ye?” Jawabku asal.
“Nah itu, papan namanya. Lagian aku minta nomormu bukan buat aku kok. Tapi buat temenku.” Ia menunjuk Azmi. Dengan sedikit memaksa akhirnya ia berhasil juga mendapatkan nomorku. Akupun melenggang pergi tak peduli.
Malam harinya. Tiba-tiba ada sms masuk yang ternyata berasal dari Azmi. Dari sana kami akhirnya berkenalan. Singkat cerita setelah sebulan berlalu akhirnya kamipun jadian. Setahun menjalani hubungan dengannya, hari-hariku selalu dipenuhi dengan telpon dan sms darinya.
Suatu hari diawal-awal hubungan kami, aku sempat mengatakan padanya. “Mi, kalau kamu punya yang lain jujur aja, mungkin dengan begitu aku bisa berpikir untuk maafin kamu dan hubungan kita bisa dipertimbangkan. Tapi maaf kalau suatu saat aku tau kamu punya yang lain lalu aku liat sendiri atau itu dari orang lain ataupun sosmed, jangan harap aku bakal maafin kamu.”.
Tentu saja dengan naifnya dia mengatakan padaku bahwa hal itu tak akan pernah terjadi. Dan bodohnya aku percaya saja akan hal itu. Ya, aku memang orang yang sangat amat gampang percaya terutama pada orang yang aku sayangi.
Oke, kita skip ke setaun kemudian setelah jadian. Suatu hari yang indah aku berjanji akan bertemu dengannya, singkat cerita aku menemukan sebuah sms dengan panggilan-panggilan sayang yang diberikannya padaku ke nomor lain yang entah aku tak kenal siapa. Aku diam saja dan tak membahas apapun kepadanya hingga aku pulang dan sampai dirumah, aku mengiriminya sebuah pesan singkat yang menanyakan perihal sms yang kutemui dihandphonenya. Bisa kau tebak ia beralibi dan balik marah kepadaku. Aku yang entah kenapa dengan bodohnya tidak mampu berkutik saat ia marah padaku.
Seminggu lamanya ia marah padaku karena aku mengutak atik handphonenya tanpa sepengetahuannya. Hingga disore hari disuatu sabtu. Ia tiba-tiba mengirimiku sebuah pesan singkat.
From : Azmi
Ka, please deh. Jangan suka lebay. Kamu jangan kirim-kirim apapun atau nulis-nulis apapun di facebook yang berkaitan tentang kita. Aku malu, teman-temanku bilang itu alay, norak!
Jujur saja, aku shock dengan pesan singkatnya itu. Namun, aku yang akhirnya dapat mengumpulkan kekuatan membalas pesan itu.
Send To : Azmi
Oke, makasih. Mungkin ya, teman-temanmu itu gak suka sama aku. Dan semua tentang kita menurut kamu norak? Oke, maaf ya udah ganggu kamu dengan kenorak-anku!
Malamnya aku entah kenapa sangat penasaran dengan sosok teman-temannya yang ia katakan mengataiku lebay dan norak. Ya, ini bukan sekali ini saja ia mengatakan padaku sebenarnya. Hanya saja sebelumnya aku tak pernah ambil pusing hingga akhirnya hari ini. Tepat beberapa hari sebelum ulangtahunku. Aku naik pitam. Aku membuka akun facebooknya. Dan, kalian tau apa yang aku temukan?? Ya, bukan protes dari teman-temannya. Melainkan protes dari seorang wanita yang ternyata adalah pacarnya yang lain yang berisi kemarahannya kepada Azmi dan kepadaku.
Send To : Azmi
KITA PUTUS!
Hanya kalimat itu yang aku kirimkan kepadanya melalui pesan singkatku.

From : Azmi
Maksudmu apa sih Ka? Aku lagi sibuk nih, udah deh kamu jangan buat aku nambah pikiran.
Aku kemudian membalasnya sms Azmi dengan mengirimkan semua kata-kata wanita itu di akun facebook milik Azmi.
Send To : Azmi
Kamu masih gak ngerti? Buka sana facebookmu. Mungkin kamu bakal ngerti J
Kalian pasti mengertilah, setelah itu dia kemudian meminta maaf kepadaku. Dan dengan tidak tau dirinya ia menolak untuk mengakhiri hubungan kami.
From : Azmi
Ka, Aku minta maaf. Tapi aku gak mau putus dari kamu. Terserah kamu mau bilang apa, yang jelas aku gak akan mau kamu putusin. Bahkan, biar saat ini kamu udah nganggep kita putus aku tetap nganggep kita pacaran. Walaupun suatu saat nanti kamu punya pacar aku tetap akan jadi pacarmu. Kecuali kamu nikah nanti.
Tidak tau diri. Hanya itu yang ada dibenakku saat itu. Rasa sayangku yang begitu besarnya kuberikan padanya selama setahun hubungan kami, tiba-tiba dalam waktu beberapa detik saja langsung berubah menjadi benci yang teramat sangat. Bahkan beberapa hari setelah itu aku diteror oleh teman-teman Azmi yang mengatakan bahwa Azmi depresi dan mulai melakukan kebiasaan aneh. Ia yang semula tidak pernah merokok dan tidak pernah minum-minuman keras mulai melakukan aktifitas itu. Lalu, kau pikir dengan begitu aku bisa saja dengan gampang luluh? Tentu saja tidak. Aku saat itu hanya mengatakan kepada mereka bahwa itu adalah resikonya. Aku bahkan sudah mengatakan padanya diawal kami menjalin hubungan bahwa aku tak suka dibohongi karena aku juga selalu berusaha jujur padanya. Satu lagi fakta yang harus kalian tau, ternyata saat berpacaran denganku. Azmi hanya menjadikanku selingkuhannya. Yah, setahun kami menjalin hubungan dan dia juga sudah menjalin hubungan yang jauh lebih lama dengan wanita itu.
Sejak saat itu, hingga kini Azmi masih selalu berusaha mencariku. Bahkan, saat aku pulang kekampung halamanku. Azmi selalu dengan sedikit memaksa akan meminta izin untuk kerumah. Tapi, entah kenapa aku bahkan sudah malas untuk melihat wajahnya.
Sejak saat itu, entah kenapa setiap menjalin hubungan kembali dengan seorang lelaki aku selalu saja merasa curiga. Terlebih kini, lelaki bervespa itu memiliki sifat yang teramat cuek. Bukan aku menyamakannya dengan Azmi. Hanya saja, aku takut hal yang sama akan terjadi. Bisa kau bayangkan. Azmi saja yang setiap hari selalu memberikan waktunya untuk mengirimkan sms dan menelponku ternyata mempunyai kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Tapi, untukku sekarang Azmi hanyalah masa lalu. Memang masih ada sedikit rasa malasku untuk berjumpa dengannya. Maka dari itu saat pulang kampung kemarin, saat ia ingin kerumah dengan alasan idul fitri dan ingin minta maaf secara langsung aku mencari berbagai alasan agar ia tidak kerumah. Alasan itu memang tidak sepenuhnya juga hanya alibi, tapi memang ketika pulang kampung kemarin aku jarang dirumah karena banyaknya acara yang tidak diprediksi. Sekarang, aku bahkan tidak peduli lagi bahkan jika Azmi jungkir balik jumpalitan dari Lombok sana menuju Jogja.
Tugasku sekarang menata masa depanku. Ya, masa depan yang tentu saja ingin ku jalani dengan Lelaki bervespa itu. Sosok lelaki pertama yang ingin ku kenalkan pada kedua orangtuaku. Hah, lelaki bervespa itu. Ya, ia selalu membuatku merasa tenang dan nyaman didekatnya. Dan, untuk Azmi. Maaf ya, aku sudah tidak peduli padamu, karena aku sudah mempunyai lelaki bervespaku.
*semoga saja lelaki bervespa itu tidak mengulangi apa yang pernah Azmi lakukan dulu. Sedikit bocoran tentangku ya, aku akan tegaan pada orang yang sudah menghianatiku walaupun sebelumnya aku sangat menyayanginya. Dan aku sangat gampang kehilangan rasa yang pernah ku berikan jika ternyata aku dihianati J