Saturday, January 3, 2015

Sesosok Wanita di Atas Motor



Kali ini aku ingin menyapa pembaca blog ini dengan sebuah kisah mistis. Sudah lama rasanya tidak menulis kisah-kisah mistis. Rindu menulis di web reunion sudah membuat tangan ini terasa gatal (gaya dikit yeh. Hahaha). Baiklah, kali ini dengan ditemani lagu mendayu yang syahdu dari payung teduh, akan ku tuliskan sebuah kisah mistis yang dialami oleh teman dari salah seorang saudaraku.
Namanya Rofika (nama samaran), ia seorang gadis manis lulusan SMA Negeri yang cukup ternama di Lombok Tengah. Ia kini tengah kuliah disebuah Universitas swasta di Mataram, sedangkan ia tinggal di Lombok Tengah. Lumayan melelahkan bagi orang yang tidak terbiasa memang. Tetapi, bagi Rofika yang notabene badannya kecil itu merupakan suatu tantangan untuk menuju kesuksesan. Ia juga bahkan mengajar bimbel disebuah tempat bimbel yang terkenal. Bukan hanya di Lombok tetapi juga di Indonesia. Hal ini membuatnya mau tidak mau harus sering pulang malam. Tapi sekali lagi, baginya ini hanyalah tantangan menuju kesuksesan.
Pagi itu, seperti biasa. Ia berangkat untuk menuntut ilmu ke Universitas tempat ia menimba ilmu di Mataram, setelah pamit dan memberi salam kepada ibunya. Hari ini ia terlihat sangat bersemangat menuju kekampus dengan kemerja berwarna hitam, celana jeans biru pucat dan jilbab motif hitam ia terlihat semakin manis.
Kegiatan dikampus hari itu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Kegiatan terakhirnya hari ini adalah praktikum. Ya, ia adalah seorang calon guru biologi. Kegiatan praktek kali ini memakan waktu hingga malam, yakni pukul 20.43 WITA. Hal ini diketahuinya ketika ia mengecek handphone. Ia dan beberapa temannya yang masih tersisa kemudian segera membereskan alat-alat praktikum.
“Alhamdulillah akhirnya selesai juga nih. Lumayan Cape’ sih. Tapi seru.” Ujar Rofika kepada Arni, teman sekelompoknya.
“Iya, mending praktek daripada teori.” Ujar Arni dengan logat sasaknya yang kental.
“Udah, jangan ngobrol aja. Udah malam nih. Pulang yuk.” Ajak Arfi.
“Ya ayok. Lagian udah selesai ini beres-beres. Hehehe.” Rofika membalas Arfi.
“Eh, Rofika mau pulang ke Lombok Tengah nih? Yakin? Udah malam loh. Apa aku anter?” Ujar Arfi.
“Ndak usah Fi, udah biasa pulang malam. Insya Allah ndak ada apa-apa.” Balas Rofika.
“Iiih, kamu pulang lewat Keling kan ntar? Kata orang disana serem tau Rof. Kamu nginep kosku aja udah.” Arni menimpali.
“Bismillah aja Ar, lagian masih pagi. Masih ramai dijalan. Udah, aku balik duluan ya. Assalamualaikum.” Rofika kemudian meninggalkan kedua temannya. Ia melangkah menuju parkiran. Melewati gedung A yang sudah tampak sepi. Hal ini sedikit menciutkan nyalinya. Namun, ia tetap berusaha tenang.  Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara seperti bola basket yang tengah dimainkan, tetapi anehnya hanya terdengar tiga kali.
‘Mungkin ada yang lagi ngerapiin bekas latihan basket kali.’ Pikirnya.
Kampus Rofika memang seringkali digunakan untuk latihan basket para mahasiswa yang ingin berolahraga. Namun, ketika melewati lapangan basket, ia sedikit melirik dan tidak mendapati seseorangpun disana.