Yeh.. yeh.. yeh.. kali ini, dengan tiada lelah dan
tiada henti aku kembali lagi untuk menceritakan curhatan gaje alias ‘gak jelas
ala kiza. Kali ini aku ingin bercerita tentang ketidak percaya dirianku.
Mungkin, orang-orang yang berada disekitarku akan berkata, “My god. Seorang Rizka
‘gak pede? Ada gitu orang yang petakilannya super duper kaya gini ‘gak pede. Please close my ear.” Sedikit berlebihan
mungkin membayangkan kata-kata itu akan muncul. Tapi, aku yakin. Dari sekian
ribu penggemarku dimuka bumi ini pasti sekitar 45% mengatakan aku kalem (yang
ini bikin ngakak sumpah. Hahaha).
Oke, kembali lagi ke topik semula. Mungkin, begitu
banyak orang yang melihatku dengan keceriaan dan tingkat ke-pede-an yang tiada
tara. Tapi, apa mereka tau bagaimana dan apa yang sedang dirasakan hati ini?
Kau tau? Hati ini serasa bergejolak menahan kesedihan. Menahan setiap tatapan
mengerikan yang menghujam, memanas dan meleleh (oke. Mode sok puitis gagal!).
Satu hal yang harus kalian semua ketahui. Tidak
semua yang tampak didepan mata adalah nyata. Bisa saja seseorang yang kalian
selalu lihat ceria dan penuh rasa percaya diri hanya memakai topeng. Ya, topeng
untuk mengelabui orang lain dan dirinya. Hal ini akan otomatis kalian pelajari
dengan seiring bertambahnya usia. Semua orang mempunyai topeng. Itu yang aku
liat. Sebenarnya termasuk aku. Aku kadang merasa terlalu takut untuk
memperlihatkan bahwa sebenarnya aku rapuh. Aku terlalu gampang untuk dipatahkan
dan dihancurkan.
Jujur saja, aku adalah tipikal orang yang tidak
percaya diri akan apa yang aku miliki. Wajah, postur tubuh. Semua yang ada pada
diriku membuatku merasa kurang percaya diri. Aku kadang merasa takut akan apa
yang aku tengah genggam akan begitu saja diambil oleh oranglain karena ketidak
berdayaanku ini. Bahkan, terkadang aku sering bertanya pada diriku sendiri, “apa
yang dapat aku banggakan dari diriku yang tidak punya apa-apa ini?”. Berbekal
wajah yang pas-pasan dan postur tubuh yang bongsor, serta ketidak mampuan untuk
berdandan cantik seperti wanita lainnya. Apa sih yang patut aku banggakan dari
diri ini? Bahkan, mungkin pacarku saja malu mengakui aku sebagai pacarnya.
Entahlah, mungkin aku terlalu mengucilkan diriku sendiri. Tapi, jujur saja.
Memang itulah yang seringkali aku rasakan.
“Rizka, apa yang paling kamu banggain dari dirimu
sendiri?” Tanya mas Steve suatu waktu padaku.
“Suaraku.” Hanya itu jawaban yang aku berikan saat
itu.
“Cuma itu? Wajah? Kepintaran?” Ia seolah
meyakinkanku bahwa ada hal lain yang lebih dari itu, yang patut untuk aku
banggakan.
“Gak ada. Cuma suara. Soalnya, karena suaraku aku
dapat duit.” Jawabku.
“dulu..” aku menambahkan.
Yah, satu-satunya yang paling aku banggakan adalah
suaraku yang memiliki daya jual. Rata-rata orang yang berbicara padaku selalu
mengatakan, “Suaramu bagus ya. Serak-serak basah gitu. Lembut. Bikin jadi
kerasan dengerinnya.” Pujian itu yang seringkali membuatku merasa sedikit
bahagia dan memiliki satu hal untuk dibanggakan. Dulu, ketika aku masih SMA aku
bahkan seringkali diminta untuk mengisi acara diberbagai acara sekolah yang
membutuhkan seorang MC. Ya, selain suaraku yang bisa dibilang lumayan enak
untuk didengar kemampuanku berbicara didepan umum juga membuat orang-orang
mempercayaiku untuk mengisi acara sebagai MC dibeberapa acara diluar maupun
didalam sekolah. Aku juga kadang membantu untuk mengisi acara disebuah stasiun
tv lokal di Lombok. Tetapi, setiap akan perform
selalu saja rasa tidak percaya diriku datang dan memaksaku untuk berpikir, “bisa
gak sih, ini acaranya diundur aja? Dibatalin aja deh.”
“Eh, tapi.. ini acara udah didepan mata. Aku harus
bisa. Aku harus bisa. Ntar juga biasa kaya sebelum-sebelumnya.” Kata-kata ini
yang mampu menguatkanku dan berani tampil dikhalayak ramai meskipun aku bahkan
belum pernah mengisi acara seperti itu. Seperti halnya, aku pertama kali
mengisi acara sebagai MC untuk acara pernikahan.
“Aduh. Mati nih. Aku gak ngerti harus ngomong apa. Gimana
nih. Rusak deh kawinan orang. Bisa dibenci seumur hidup nih aku.” Hal itu yang
komat-kamit aku ucapkan pada diriku sendiri saat itu. Tetapi, begitu melihat
satu persatu tamu undangan yang hadir aku bertekad untuk bisa melewati acara
ini dengan baik. Aku yang selalu bingung mengucapkan apa akhirnya berinisiatif
untuk menulis kata-kata sambutan bagi tamu di note handphone nokia jadul kesayanganku. Ajaib. Itu berhasil.
“Makasih ya dek. Suaramu bagus.” Ujar si mempelai
pria, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sepupuku sendiri yang juga
merupakan guruku di SMA.
“Iya kak. Tapi, maaf ya kalau acaranya malah jadi
berantakan karena aku ngomongnya gak jelas, abisan tadi grogi. Ini baru pertama
kali nge-mc nikahan.” Jawabku jujur.
“Wah, gak kok dek. Malah tadi kamu nge-mcnya gak
kaya yang baru tuh. Acaranya lancar banget. Hehehe.”
“Yaudah kak. Syukur deh kalau acaranya lancar dan
aku gak malu-maluin.” Jawabku.
Aku memang selalu meminta pendapat dari orang lain
setiap aku baru selesai tampil. Hal ini aku lakukan untuk mengukur sejauh mana
pendengarku mengetahui ke-grogian dan rasa tidak percaya diriku diatas
panggung. Dan, binggo!! Syukurnya setiap aku diatas panggung orang yang aku
mintai pendapat tidak melihat adanya rasa tidak percaya diri dan grogi dari
penampilanku. Justru yang mereka lihat adalah sifat pecicilanku yang semakin
melekat erat padaku saat tengah tampil membawakan sebuah acara.
Dengan sikapku yang ada diatas panggung dan yang
selalu aku tunjukkan dihadapan orang banyak, tentu saja yang kebanyakan
oranglain liat adalah aku yang ceria dan tidak tau diri. Hal itu aku lakukan
untuk menutupi ketidak percayaan diriku akan diriku yang penuh kekurangan ini.
Lalu, menurut kalian apa yang patut aku banggakan
dari diriku? Aku juga terkadang merasa, pacarku sendiri malu mengakuiku.
Dikampus dia sama sekali tidak pernah menyapaku jika aku tidak menyapanya
duluan. Iya memang tipikal lelaki yang cuek. Tetapi, apa lelaki cuek memang
begitu? Bahkan saat bersama teman-temannya ketika melihatku, ia hanya akan diam
saja. Ia baru akan menyapaku jika ia sendiri. Itupun jarang. Hal itu tentu saja
membuatku merasa malu sendiri. Merasa sebagai seorang wanita yang bahkan oleh
pacar sendiri, orang yang aku kira akan sedikit menganggapku ada, malu untuk
diakui keberadaannya. Jadi apa yang patut aku banggakan dari diriku ini? :(
No comments:
Post a Comment