Yah, kawan. Aku kembali lagi, kali ini aku akan
menceritakan tentang seseorang dari masa laluku. Sebut saja namanya, Azmi.
Sosok Azmi yang berperawakan tidak begitu tinggi dan berkulit putih. Yah,
badannya pas-pas saja, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
Aku mengenalnya ketika aku masih duduk dibangku SMA
kelas 1 dan ia sendiri masih duduk dibangku kelas 3 SMK. Kami berkenalan
dengannya ketika acara PENSI disekolahku. Yah, pensi waktu itu memang
diperuntukkan untuk umum jadi anak sekolah lain dapat dengan mudahnya keluar
masuk. Saat itu aku yang ikut membantu panitia untuk menjual keliling beberapa
makanan dan minuman berkeliling mencari orang disetiap sudut sekolah untuk
ditawari makanan dan minuman yang aku jual dan hasilnya lumayan banyak yang
membeli daganganku walaupun pembelinya kebanyakan lelaki dan sedikit memaksa
untuk meminta nomor handphoneku (dulu aku banyak penggemarnya juga loh.
Hahaha). Yah, kau tau kan. Aku tak mungkin memberikan nomorku pada mereka.
Setelah barang-barangku dibeli tentu saja aku memberikan berbagai macam alibi
untuk menghindar dari orang-orang itu. Walaupun setelahnya entah dari mana
tetap saja ada beberapa dari mereka yang mendapatkan nomorku.
Pada hari terakhir acara pensi sekolah, disiang hari
yang terik. Aku dengan muka kucel dan dekil yang tentu saja penuh dengan peluh
dikarenakan berkeliling seharian menjajakan makanan dan minuman yang aku jual
kembali berkeliling. Disuatu ruangan aku menemukan seorang temanku pacarnya
yang ternyata anak sekolah lain tengah mengobrol bersama dengan teman-teman
pacarnya. Akupun memulai aksiku dan akhirnya daganganku dibeli habis olehnya
(maksa dikit nih. Hahaha). Saat hendak pergi tiba-tiba pacar temanku itu
memanggilku.
“Mbak Rizka. Boleh minta nomor hapenya?” Ujarnya.
“Hayo loh, masnya ini minta-minta nomor hapeku.
Didepan pacarmu lagi. Lagian, tau namaku dari mana ye?” Jawabku asal.
“Nah itu, papan namanya. Lagian aku minta nomormu
bukan buat aku kok. Tapi buat temenku.” Ia menunjuk Azmi. Dengan sedikit memaksa
akhirnya ia berhasil juga mendapatkan nomorku. Akupun melenggang pergi tak
peduli.
Malam harinya. Tiba-tiba ada sms masuk yang ternyata
berasal dari Azmi. Dari sana kami akhirnya berkenalan. Singkat cerita setelah
sebulan berlalu akhirnya kamipun jadian. Setahun menjalani hubungan dengannya,
hari-hariku selalu dipenuhi dengan telpon dan sms darinya.
Suatu hari diawal-awal hubungan kami, aku sempat
mengatakan padanya. “Mi, kalau kamu punya yang lain jujur aja, mungkin dengan
begitu aku bisa berpikir untuk maafin kamu dan hubungan kita bisa
dipertimbangkan. Tapi maaf kalau suatu saat aku tau kamu punya yang lain lalu
aku liat sendiri atau itu dari orang lain ataupun sosmed, jangan harap aku
bakal maafin kamu.”.
Tentu saja dengan naifnya dia mengatakan padaku
bahwa hal itu tak akan pernah terjadi. Dan bodohnya aku percaya saja akan hal
itu. Ya, aku memang orang yang sangat amat gampang percaya terutama pada orang
yang aku sayangi.
Oke, kita skip ke setaun kemudian setelah jadian.
Suatu hari yang indah aku berjanji akan bertemu dengannya, singkat cerita aku
menemukan sebuah sms dengan panggilan-panggilan sayang yang diberikannya padaku
ke nomor lain yang entah aku tak kenal siapa. Aku diam saja dan tak membahas
apapun kepadanya hingga aku pulang dan sampai dirumah, aku mengiriminya sebuah
pesan singkat yang menanyakan perihal sms yang kutemui dihandphonenya. Bisa kau
tebak ia beralibi dan balik marah kepadaku. Aku yang entah kenapa dengan
bodohnya tidak mampu berkutik saat ia marah padaku.
Seminggu lamanya ia marah padaku karena aku mengutak
atik handphonenya tanpa sepengetahuannya. Hingga disore hari disuatu sabtu. Ia
tiba-tiba mengirimiku sebuah pesan singkat.
From
: Azmi
Ka,
please deh. Jangan suka lebay. Kamu jangan kirim-kirim apapun atau nulis-nulis
apapun di facebook yang berkaitan tentang kita. Aku malu, teman-temanku bilang
itu alay, norak!
Jujur saja, aku shock
dengan pesan singkatnya itu. Namun, aku yang akhirnya dapat mengumpulkan
kekuatan membalas pesan itu.
Send
To : Azmi
Oke,
makasih. Mungkin ya, teman-temanmu itu gak suka sama aku. Dan semua tentang
kita menurut kamu norak? Oke, maaf ya udah ganggu kamu dengan kenorak-anku!
Malamnya aku entah kenapa sangat penasaran dengan sosok teman-temannya yang ia katakan
mengataiku lebay dan norak. Ya, ini bukan sekali ini saja ia mengatakan padaku
sebenarnya. Hanya saja sebelumnya aku tak pernah ambil pusing hingga akhirnya
hari ini. Tepat beberapa hari sebelum ulangtahunku. Aku naik pitam. Aku membuka
akun facebooknya. Dan, kalian tau apa
yang aku temukan?? Ya, bukan protes dari teman-temannya. Melainkan protes dari
seorang wanita yang ternyata adalah pacarnya yang lain yang berisi kemarahannya
kepada Azmi dan kepadaku.
Send
To : Azmi
KITA
PUTUS!
Hanya kalimat itu yang aku kirimkan kepadanya
melalui pesan singkatku.
From
: Azmi
Maksudmu
apa sih Ka? Aku lagi sibuk nih, udah deh kamu jangan buat aku nambah pikiran.
Aku kemudian membalasnya sms Azmi dengan mengirimkan
semua kata-kata wanita itu di akun facebook
milik Azmi.
Send
To : Azmi
Kamu
masih gak ngerti? Buka sana facebookmu. Mungkin kamu bakal ngerti J
Kalian pasti mengertilah, setelah itu dia kemudian
meminta maaf kepadaku. Dan dengan tidak tau dirinya ia menolak untuk mengakhiri
hubungan kami.
From
: Azmi
Ka,
Aku minta maaf. Tapi aku gak mau putus dari kamu. Terserah kamu mau bilang apa,
yang jelas aku gak akan mau kamu putusin. Bahkan, biar saat ini kamu udah
nganggep kita putus aku tetap nganggep kita pacaran. Walaupun suatu saat nanti
kamu punya pacar aku tetap akan jadi pacarmu. Kecuali kamu nikah nanti.
Tidak tau diri. Hanya itu yang ada dibenakku saat
itu. Rasa sayangku yang begitu besarnya kuberikan padanya selama setahun
hubungan kami, tiba-tiba dalam waktu beberapa detik saja langsung berubah
menjadi benci yang teramat sangat. Bahkan beberapa hari setelah itu aku diteror
oleh teman-teman Azmi yang mengatakan bahwa Azmi depresi dan mulai melakukan
kebiasaan aneh. Ia yang semula tidak pernah merokok dan tidak pernah
minum-minuman keras mulai melakukan aktifitas itu. Lalu, kau pikir dengan
begitu aku bisa saja dengan gampang luluh? Tentu saja tidak. Aku saat itu hanya
mengatakan kepada mereka bahwa itu adalah resikonya. Aku bahkan sudah
mengatakan padanya diawal kami menjalin hubungan bahwa aku tak suka dibohongi
karena aku juga selalu berusaha jujur padanya. Satu lagi fakta yang harus
kalian tau, ternyata saat berpacaran denganku. Azmi hanya menjadikanku
selingkuhannya. Yah, setahun kami menjalin hubungan dan dia juga sudah menjalin
hubungan yang jauh lebih lama dengan wanita itu.
Sejak saat itu, hingga kini Azmi masih selalu
berusaha mencariku. Bahkan, saat aku pulang kekampung halamanku. Azmi selalu
dengan sedikit memaksa akan meminta izin untuk kerumah. Tapi, entah kenapa aku
bahkan sudah malas untuk melihat wajahnya.
Sejak saat itu, entah kenapa setiap menjalin
hubungan kembali dengan seorang lelaki aku selalu saja merasa curiga. Terlebih
kini, lelaki bervespa itu memiliki sifat yang teramat cuek. Bukan aku
menyamakannya dengan Azmi. Hanya saja, aku takut hal yang sama akan terjadi.
Bisa kau bayangkan. Azmi saja yang setiap hari selalu memberikan waktunya untuk
mengirimkan sms dan menelponku ternyata mempunyai kesempatan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain.
Tapi, untukku sekarang Azmi hanyalah masa lalu.
Memang masih ada sedikit rasa malasku untuk berjumpa dengannya. Maka dari itu
saat pulang kampung kemarin, saat ia ingin kerumah dengan alasan idul fitri dan
ingin minta maaf secara langsung aku mencari berbagai alasan agar ia tidak
kerumah. Alasan itu memang tidak sepenuhnya juga hanya alibi, tapi memang
ketika pulang kampung kemarin aku jarang dirumah karena banyaknya acara yang
tidak diprediksi. Sekarang, aku bahkan tidak peduli lagi bahkan jika Azmi
jungkir balik jumpalitan dari Lombok sana menuju Jogja.
Tugasku sekarang menata masa depanku. Ya, masa depan
yang tentu saja ingin ku jalani dengan Lelaki bervespa itu. Sosok lelaki
pertama yang ingin ku kenalkan pada kedua orangtuaku. Hah, lelaki bervespa itu.
Ya, ia selalu membuatku merasa tenang dan nyaman didekatnya. Dan, untuk Azmi.
Maaf ya, aku sudah tidak peduli padamu, karena aku sudah mempunyai lelaki
bervespaku.
*semoga saja lelaki bervespa itu tidak mengulangi
apa yang pernah Azmi lakukan dulu. Sedikit bocoran tentangku ya, aku akan
tegaan pada orang yang sudah menghianatiku walaupun sebelumnya aku sangat
menyayanginya. Dan aku sangat gampang kehilangan rasa yang pernah ku berikan
jika ternyata aku dihianati J
No comments:
Post a Comment