Suatu waktu, aku ingin menjadi orang lain..
Orang-orang yang selalu terlihat bahagia,
Ahh.. rumput tetangga selalu tampak lebih hijau dan harum
Apakah aku bahagia kini?
Ya, aku bahagia meski berada dibawah gerimis hujan..
Hujan..
I love it..
Aku ingin bercerita tentang diriku. Aku seorang
gadis yang dilahirkan tahun 1994 silam di bulan Oktober. Bulan yang pada masa
itu diliputi dengan derasnya hujan. Ya, mungkin itu kenapa aku sangat menyukai
hujan. Karena saat itu aku terlahir diantara indahnya euphoria hujan yang
memberikan kesejukan. Kemudian dirawat dengan hangat oleh keluarga kecil yang
teramat menyayangiku dan kakakku.
Indah sekali membayangkan saat itu. Saat indah
berada diantara hujan yang mendekap hangat tubuhku. Saat itu suara tangisku
membuat lega semua orang, termasuk kedua orangtuaku. Terutama mamaku. Usai
sudah perjuangan panjangnya mengandungku selama 9 bulan dan bertarung antara
hidup dan mati memperjuangkan kehidupanku didunia ini. ‘Terimakasih Allah, masih kau sematkan helaan nafas diantara tidur
malamku hingga aku mampu terbangun untuk menata hari ini’.
Beribu syukur sangat ingin kuucapkan terlebih rasa
syukur karena Allah telah memberiku kedua orangtua yang selalu menyambutku
dengan hangat. Sosok kakak yang pendiam namun sebenarnya peduli. Terlebih
keluarga yang lainnya yang selalu menyayangi dan mencintaiku seolah aku adalah
bagian kandung dari mereka. Kehadiran teman-teman yang mengelilingiku dengan
berbagai keceriaan. Serta seorang kekasih hati yang mampu manambah warna ceria
dan kebahagiaan dihidupku. Meski terkadang, aku suka mengeluh akan keadaanku.
Bahkan aku merasa iri akan kebahagiaan oranglain yang seolah selalu terlihat
bahagia.
‘Hai, lihatlah
dirimu. Kurang bahagia apa kau dengan hidupmu? Semua yang sangat ingin dimiliki
oleh oranglain telah kau miliki.’ Beberapa kali kalimat ini terlintas
disaat aku mengeluh akan hidupku. Yah, aku seringkali mengeluh pada diriku
sendiri. Namun, sisi lain dari diriku selalu saja mampu menguatkanku. Hanya
saja terkadang sisi lain yang selalu menyerah seolah lebih banyak menguasaiku.
Dua sisi yang selalu berseberangan. Dan entah bagaimana dua sisi ini selalu ada
dan berdampingan dikepalaku.
Kadang aku bahkan menertawai kegagalanku. Namun,
kenapa saat ini aku tak bisa seperti itu? Entah, apa karena aku rindu hujan?
Andai saja hujan turun. Mungkin saat-saat bahagia itu akan kembali menghampiri
jiwaku yang terasa gersang. Aku butuh hujan, butuh kenyamanan dan ketenangan
yang diberikannya walaupun penuh dengan gemuruh. Aku suka itu, aku suka dengan
kilatan cahaya yang sesekali datang membuatku seolah takut untuk sekedar
menatap keluar. Hei, apa aku baru saja bilang takut? Padahal dulu saat masih
kanak-kanak aku tak peduli akan kilatan cahaya bahkan gemuruh petir yang
sesekali hadir memecah keheningan. Bahkan, dengan resiko akan tersambar petir
dan kilat sekalipun aku tak gentar, asal aku dapat menikmati berkah yang
diberikan Allah dengan segala kebahagiaannya.
Gadis kecil itu, gadis kampung yang selalu bahagia
berada diantara hujan itu kini telah beranjak dewasa. Masih berharap untuk bisa berada diantara
hujan dan kebahagiaannya. Masih berharap bisa mencium wangi aroma hujan yang
tercipta. Masih berharap dapat mencium wangi aroma setelah hujan. Dan masih
berharap dapat berteriak dengan lantang kepada dunia dan bersatu dengan alam.
Yah, hujan itu..
Selalu saja membawa
kebahagiaan untukku..
Andai hujan turun..