Kali
ini aku ingin menyapa pembaca blog ini dengan sebuah kisah mistis. Sudah lama
rasanya tidak menulis kisah-kisah mistis. Rindu menulis di web reunion sudah
membuat tangan ini terasa gatal (gaya dikit yeh. Hahaha). Baiklah, kali ini
dengan ditemani lagu mendayu yang syahdu dari payung teduh, akan ku tuliskan
sebuah kisah mistis yang dialami oleh teman dari salah seorang saudaraku.
Namanya Rofika (nama
samaran), ia seorang gadis manis lulusan SMA Negeri yang cukup ternama di
Lombok Tengah. Ia kini tengah kuliah disebuah Universitas swasta di Mataram,
sedangkan ia tinggal di Lombok Tengah. Lumayan melelahkan bagi orang yang tidak
terbiasa memang. Tetapi, bagi Rofika yang notabene badannya kecil itu merupakan
suatu tantangan untuk menuju kesuksesan. Ia juga bahkan mengajar bimbel
disebuah tempat bimbel yang terkenal. Bukan hanya di Lombok tetapi juga di
Indonesia. Hal ini membuatnya mau tidak mau harus sering pulang malam. Tapi
sekali lagi, baginya ini hanyalah tantangan menuju kesuksesan.
Pagi itu, seperti
biasa. Ia berangkat untuk menuntut ilmu ke Universitas tempat ia menimba ilmu
di Mataram, setelah pamit dan memberi salam kepada ibunya. Hari ini ia terlihat
sangat bersemangat menuju kekampus dengan kemerja berwarna hitam, celana jeans
biru pucat dan jilbab motif hitam ia terlihat semakin manis.
Kegiatan dikampus hari
itu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
Kegiatan terakhirnya hari ini adalah praktikum. Ya, ia adalah seorang calon
guru biologi. Kegiatan praktek kali ini memakan waktu hingga malam, yakni pukul
20.43 WITA. Hal ini diketahuinya ketika ia mengecek handphone. Ia dan beberapa
temannya yang masih tersisa kemudian segera membereskan alat-alat praktikum.
“Alhamdulillah akhirnya
selesai juga nih. Lumayan Cape’ sih. Tapi seru.” Ujar Rofika kepada Arni, teman
sekelompoknya.
“Iya, mending praktek
daripada teori.” Ujar Arni dengan logat sasaknya yang kental.
“Udah, jangan ngobrol
aja. Udah malam nih. Pulang yuk.” Ajak Arfi.
“Ya ayok. Lagian udah
selesai ini beres-beres. Hehehe.” Rofika membalas Arfi.
“Eh, Rofika mau pulang
ke Lombok Tengah nih? Yakin? Udah malam loh. Apa aku anter?” Ujar Arfi.
“Ndak usah Fi, udah
biasa pulang malam. Insya Allah ndak ada apa-apa.” Balas Rofika.

“Bismillah aja Ar,
lagian masih pagi. Masih ramai dijalan. Udah, aku balik duluan ya.
Assalamualaikum.” Rofika kemudian meninggalkan kedua temannya. Ia melangkah
menuju parkiran. Melewati gedung A yang sudah tampak sepi. Hal ini sedikit
menciutkan nyalinya. Namun, ia tetap berusaha tenang. Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara seperti
bola basket yang tengah dimainkan, tetapi anehnya hanya terdengar tiga kali.
‘Mungkin ada yang lagi
ngerapiin bekas latihan basket kali.’ Pikirnya.
Kampus Rofika memang
seringkali digunakan untuk latihan basket para mahasiswa yang ingin
berolahraga. Namun, ketika melewati lapangan basket, ia sedikit melirik dan
tidak mendapati seseorangpun disana.